PAUS FRANSISKUS (FRATELLI TUTTI) & KEMAJEMUKAN INDONESIA

Opinaun349 Views
banner 468x60

Sejak terpilih pada tanggal 13 Maret 2013 dengan tanda asap putih yang muncul dari cerobong asap paling terkenal di Kapel Sistina (Sistine Chapel) dan diumumkan secara resmi dari Balkon Basilika St. Petrus, Paus Fransiskus telah menunjukkan perbedaan kekhasan tradisi apostoliknya.

Kekhasan tradisinya dapat saya sebut dalam sentilan teologis sebagai corpus Fransiscum. Kekhasannya adalah meminta didoakan sebelum mendoakan, dan meminta diberkati sebelum memberi berkat apostolik urbi et orbi. Corpus Apostolicum Fransiscum ini pernah penulis uraikan di media cetak dan online DiliPostnews dan Katolikku.com untuk mengenang 10 tahun kepemimpinannya. Selama sebelas tahun kepausannya, Paus Fransiskus telah mengarsiteki Gereja dan dunia dengan seruan-seruan kenabiannya.

banner 336x280

Tiga ensikliknya yang sudah ditayangkan di panggung dunia: Lumen Fidei (23 Juni 2013), Laudato Si (24 Mei 2015), dan Fratelli Tutti (3 Oktober 2020) mendapat respon Gereja dan dunia dalam nada ‘penuh kekaguman’. Karena itu, dalam artikel ini, dengan rasa kagum itu penulis hendak ‘mencungkil’ salah satu kekhasan yang tertulis rapi dalam ensiklik Fratelli Tutti (Persaudaraan Semesta) untuk melihat kemajemukan Indonesia.

FRATELLI TUTTI TENTANG KEMAJEMUKAN

Salah satu tradisi Kepausan Fransiskus (corpus Fransiscum) adalah bahwa Sri Paus tak henti-hentinya menyerukan sebuah persaudaraan semesta. Persaudaraan dengan alam (laudato si), dan persaudaraan dengan semua manusia (fratelli tutti). Fratelli Tutti menjadi dokumen Ajaran Sosial Gereja (ASG) terbaru dalam rumpun ensiklik. Ajaran Sosial Gereja tentang kemanusiaan universal.

Dalam keseluruhan ensiklik yang diterbitkan pada masa covid19 merajalela ini, berisi delapan (VIII) bab. Setiap bab, Sri Paus menjadikan kemajemukan sebagai ‘titik tumpu’. Dengan bertumpu pada kehidupan yang majemuk, Paus Fransiskus mengajak manusia yang menghuni planet bumi ini untuk hidup sebagai ‘saudara sekalian’ dalam satu rasa kemanusiaan (sense of human dignity). Secara sepintas pandang, penulis mencoba melihat setiap bab dalam bingkai kemajemukan.

Pada pendahuluan, Paus berkiblat pada sosok historis Fransiskus Asisi yang menginisiasi persaudaraan di tengah perang salib. Bab satu, Paus Bergoglio menyatakan bahwa masalah ekonomi dunia dan komunikasi digital adalah ilusi manusia yang berdampak menghancurkan kemajemukan.

Bab dua berisi tentang ideologi agama yang eksklusif memisahkan manusia dari sesamanya dan sesama sebagai orang asing dan tersingkir. Bab tiga, Bapa Suci menantang semua manusia untuk keluar dari segala bentuk kungkungan eksklusivisme untuk membentuk persaudaraan yang dilandasi oleh kasih.

Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan berarti menghidupi cinta di dalam cinta (chesed shebe chesed), agape melipatgandakan agape. Dengan demikian, segala bentuk terorisme dapat diatasi. Bab empat, ensiklik ini menekankan keterbukaan.

Keterbukaan menurut Paus Fransiskus masih senada dengan suara Kapitel General SVD ke XIII tahun 1988 dan Kapitel General XV tahun 2000 yang menekankan pentingnya passing over menuju dialog profetis. Tanpa keterbukaan, tidak ada sense of passing over.

Begitu juga, tanpa passing over, keterbukaan untuk melihat perbedaan tidak pernah terjadi. Pertama: “passing over” to other cultures. Setiap manusia tidak dapat mengagung-agungkan budaya, bahasa dan cara berpikirnya sendiri melainkan mau dan berani mengosongkan diri dan masuk ke dalam budaya lain. Kedua, “passing over” into dialogue (interreligious dialogue). Setiap manusia laki-laki dan perempuan hidup dalam dialog jujur dengan agama-agama dan penganut kepercayaan lain. Ketiga “passing over” to the poor (integral liberation).

Setiap orang mesti menyadari bahwa sesama yang miskin adalah ‘aku yang’ dan menjadi senasib dengan para miskin dan tertindas serta mampu membela dan membawa keluar kaum tertindas dari penindasan strukturan dan tekanan kemiskinan. Keempat, “passing over” to the atheis. Para pencari kebenaran di luar ‘mantel’ agama mesti dirangkul, sebab dunia harus terbuka terhadap setiap tindakan pencarian akan kebenaran tertinggi.

Bab lima menyajikan satu penyadaran kepada para pemimpin politik. Politik yang baik dan benar harus merangkul semua orang dan semua kalangan agar tercipta kehidupan dan kebaikan bersama (bonnum commune). Bab enam, Kepala Negara Vatikan ini memohon dengan penuh kerendahan hati agar semua manusia memajukan dialog profetis. Sebab dengan dialog, manusia akan mencapai kebenaran hakiki dengan nilai-nilai hidup yang tetap, serta memberikan solidaritas dan stabilitas pada etika sosial. Bab tujuh, pengganti Petrus menekankan bahwa untuk menemukan sebuah masyarakat baru, maka jalan yang tepat adalah pengampunan dan rekonsiliasi. Tanpa keterbukaan, kerendahan hati, dan permohonan maaf, tak aka nada damai di dunia ini.

Jadi keseluruhan uraian ensiklik Fratelli Tutti berbicara tentang kemajemukan. Sebab, dalam bingkai kehidupan majemuk, Bapa Suci telah berbicara dengan lantang kepada bangsa manusia akan pentingnya penyatuan perbedaan. Dari perbedaan akan sampai pada kesatuan di ‘taman eden’ yang diidamkan bersama.

KUNJUNGAN APOSTOLIK – MELIHAT KEMAJEMUKAN

Terdapat dua hal yang akan diajukan pada poin ini: pertama-tama, sebagai warga negara yang baik, penulis mengucapkan ‘SELAMAT DATANG/WELCOME’. Selamat datang ke tanah air Indonesia, negeri yang elok permai. Negeri khatulistiwa yang hidup dalam keanekaragaman hayati. Negeri yang hidup dalam keberagaman/kemajemukan agama, budaya, suku bangsa, ras, dan golongan manusia, beragam partai politik. Selamat datang dan selamat melihat negeri yang beragama bukan negeri agama.

Selamat datang di negeri yang berlandaskan Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI, dan UUD 45 (PBNU). Kedua, penulis hendak menunjukkan kunjungan Paus Fransiskus adalah melihat langsung dari dekat (face to face) kemajemukan dalam kerangka yang penulis sebut ‘teologi mata’.

Mengenai ‘teologi mata’, penulis temukan dalam narasi biblis dalam keseluruhan corpus Ioanium dengan tiga tingkatan teologi mata sesuai kisah kubur kosong dalam Injil Yohanes 21:1-10. Sang teolog menarasikan tiga tingkatan melihat. Pertama, kata Yunani eidon: melihat yang kasat mata, yang nampak secara lahiriah di depan mata. Melihat secara fisik jelas tertulis ketika Rasul Petrus masuk ke dalam kubur kosong dan melihat kain kafan dan kain peluh yang rapi tergulung. Kedua, blepo (Yunani: melihat) merupakan tindakan memandang atau melihat dengan hati-hati, memandang dari jauh, dengan menggunakan proses laboratory yakni melihat menyelidiki dengan seksama apa yang tidak dipahami.

Jelas dalam narasi ini, murid yang dikasihi mendahului rasul Petrus tetapi tidak masuk dalam makam melainkan melihat dari luar untuk memastikan apa yang telah terjadi. Ketiga, horao (Yunani: melihat). Tindakan melihat dengan mata iman. Melihat di luar fisik, melihat dengan cara metafisik, tindakan memahami apa yang dilihat dan dirasakan. Narasi ini sangat jelas nampak dari murid yang masuk ke dalam makam, ‘melihat dan percaya’.

Dalam narasi biblis ini, penulis mau menunjukkan bahwa kunjungan apostolik Paus Fransiskus terdapat dalam tiga level ‘teologi mata’ ini. Paus Fransiskus telah melihat (blepo) keberagaman dengan cara menyelidiki, dengan cara ilmiah, dengan cara ‘laboratory’ lewat ensiklik. Sementara itu, selama masa kepausannya, Fransiskus telah melihat (horao) dari jauh keanekaragaman hayati (Laudato Si) dan kemajemukan dunia dengan menyapa semua manusia ‘saudara sekalian’ (fratelli tutti).

Ia melihat dunia dalam kapasitasnya sebagai pemimpin Gereja yang kelihatan (visible). Akhirnya, setiap kali kunjungan apostoliknya di mana pun dan kapan pun, Sri Paus melihat semua persoalan negara yang dikunjungi dengan kasih ke-bapa-annya.

Hal ini akan terjadi juga pada bulan September pada saat kunjungan apostoliknya, Paus Fransiskus akan datang ke Asia Tenggara khususnya Indonesia adalah tindakan eidon – melihat – kemajemukan dari dekat secara kasat mata, menyaksikan dari dekat seperti apa keberagaman Indonesia yang ber-Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika.(**)

Oleh. Tomi Runesi
Tinggal di Provinsi SVD Ruteng

banner 336x280

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *